The Lobster [2015] : Menertawakan Sifat Binatang pada Diri Manusia

1:16 AM

Iseng berselancar di situs rekomendasi film, akhirnya tergoda buat nonton The Lobster. Setelah sekilas liat para aktornya dan sederet penghargaan yang diraih, kayanya optimis buat ngabisin malam minggu dengan nonton film yang oke.

Lucunya, film komedi satir ini tak harus melucu untuk mendapat gelak tawa, meski harus diawali dengan tatapan bingung dan gelagat "Oooh... gitu....!!" sebelum benar-benar tertawa. Awalnya, untuk menonton sebuah film, minimal saya harus membaca beberapa review dahulu agar tidak kecewa. Tapi tidak untuk The Lobster, baru melihat trailer-nya saja saya langsung jatuh cinta dengan pengambilan gambar mereka. Meski nama Yorgos Lanthimos dan Efthymis Filippou sangat tidak familiar (dan susah diketik, makanya saya copas tiap ngetik namanya), namun film ini ga mengecewakan sama sekali kok.


Jarang ada dystopian movie yang ngambil setting klasik, meski di pertengahan film baru ditonjolkan nuansa futuristiknya, namun Lanthimos seperti bersikeras mempertahankan suasana klasik Eropa. Aktor-aktor yang turut serta berperan dalam film ini pun juga didominasi oleh aktor Eropa, Nuansa klasik Eropa diperkuat dengan scoring musik-musik klasik dari Beethoven, Stravinsky, hingga Shostakovich.

Di dunia The Lobster, masa depan planet bumi sudah mengkhawatirkan. Angka kematian sangatlah superior dibanding angka kelahiran, untuk itu manusia diharuskan untuk hidup berpasangan, dan kelak menghasilkan keturunan. Jika manusia dewasa belum dapat menemukan pasangannya, Ia akan dijadikan binatang atau memilih untuk mengasingkan diri menjadi loner. Dalam aturan di masa depan, para loner harus dibinasakan. Maka dari itu, ras manusia membuat semacam akademi untuk melatih para jomblo untuk memiliki pasangan hidup, jika belum berhasil menemukan pasangan hingga waktu yang ditentukan, para jomblo harus membayar "utang telat punya pacar" dengan membunuh loner.


Bencana dimulai ketika David (Collin Farrell) diceraikan oleh istrinya, sehingga Ia harus masuk akademi untuk mencari pasangan baru. Di akademi, Ia merasa tidak betah dan harus berpura-pura mencintai seseorang untuk segera keluar dari situ. Namun, sayangnya David memilih orang yang salah sehingga Ia terpaksa harus membunuhnya setelah resmi "pacaran". Kejadian itu membuatnya kabur dari penjara akademi dan bergabung dengan para loner. Uniknya, para loner pun punya aturan sendiri yang 180 derajat berbeda dari akademi : tidak boleh mencintai sesama loner. Awalnya David tidak keberatan dengan aturan tersebut hingga akhirnya Ia jatuh cinta pada seorang gadis (Rachel Weisz). Kisah itu berlanjut hingga petaka demi petaka terus mengejar David dan setiap keputusannya hanya merugikan dirinya sendiri.

Film ini tidak lah seberat film-film dark comedy pada umumnya. Meski pada awalnya sangat membingungkan, penonton dibawa Lanthimos untuk perlahan memahami setiap detail ceritanya hingga akhir. Set-up yang Ia bangun dari awal cerita hingga akhir memiliki tempo yang ajeg, cenderung lambat, namun lugas dan jelas. Akting Collin Farrell sebagai David yang lugu sekaligus munafik membuat emosi penonton naik turun layaknya roller coaster, kadang jengkel.. kadang kasian... kadang ngakak...


Setiap aksi kontroversial yang dilakukan oleh setiap tokohnya mengundang gelak tawa yang selalu telat. Beberapa membuat penonton merasa miris, meski mirisnya telat juga. Kenapa telat? Perlu waktu untuk mencerna aksi apa yang akan dilakukan selanjutnya agar kita bisa tahu benar harus tertawa atau miris. Salah satu hal yang saya suka dari film indie Inggris adalah pengambilan gambarnya, dan The Lobster melakukannya dengan hebat, seperti yang saya katakan di awal, baru liat trailer-nya saja saya langsung jatuh cinta. Selain itu, keunikan The Lobster adalah penamaan karakter-karakternya. Meski dihuni aktor-aktor ternama, hanya satu karakter saja yang disebut bernama.

Saya sendiri tidak terlalu suka pada ending-nya. Memang, genre film ini mengajarkan kita untuk menertawakan sifat binatang pada diri manusia, tapi melihat David melewati lika-liku perjalanan romantis yang jauh hanya untuk meninggalkan pasangannya yang buta sendirian di sebuah cafe, rasanya terlampau kejam. Tidak munafik, ending seperti itu lah yang malah saya harapkan dari The Lobster, namun, pernahkah kamu mengalami rasa kecewa ketika mendapat sesuatu yang justru kamu inginkan? Begitulah perasaan saya saat melihat ending sempurna The Lobster, saya malah tidak suka mendapat hal yang saya harapkan.




The Lobster [2015]
Director : Yorgos Lanthimos
Screenplay by : Efthymis Filippou, Yorgos Lanthimos
Cast : Collin Farrell, Rachel Weisz, Léa Seydoux, John C. Reily
A-

***

Listening to : Jirapah - Crowns

You Might Also Like

2 comments

  1. Hoy Adi! Great blog!
    Sebagai start, aku menominasikanmu dalam The Liebster Awards 2016.
    Check aturan mainnya ya: http://sinekdoks.com/2016/04/04/the-liebster-award-2016/

    Ngga usah dipikir repot, dibuat fun aja :D
    Boleh dilanjutin ke non-movie blogger kok, just feel free to pass the torch to anyone you like!

    - Paskalis -

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waoow thank youu Mas! Such an honor to be nominated by you hahahah. Do you turn the notification in this comment section on? Because I've already made the answer right away. Hope you like it!

      Delete

Popular Posts

Like us on Facebook